Senin, 15 Maret 2010

Ikhlas dan Niat

Allah berfirman :
( Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan ) Huud : 15-16
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya segala pekerjaan itu ( diterima atau tidaknya di sisi Allah )hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan. HR. Muttafaq 'alaih.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan ( kamu telak dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent. ) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu ) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena
Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu ), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka. HR.Muslim
Keterangan singkat :
Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah sebatas niatnya, maka barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka amalnya akan diterima oleh Allah, dan barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah seperti dia menyekutukan-Nya dengan makhluk, maka pekerjaannya itu akan ditolak dan akan menjadi bencana baginya.
Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas :
Bahwa dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu karena Allah Ta'ala.
Pentingnya ikhlas, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia ( seperti memberikan sedekah, membaca al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir).
Bahwa baiknya bentuk suatu pekerjaan tidak cukup untuk diterimanya amal itu di sisi Allah akan tetapi harus dibarengi dengan niat ikhlas.
Wajibnya memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu ikhlas dalam beramal.

Proses yang Menjadi Misteri

Misteri bagaimana proses pembentukan planet memang masih terus disimpan dengan rapat oleh semesta. Namun, bukan tak mungkin juga untuk diungkapkan. Satu langkah maju dalam pemahaman mengenai pembentukan planet baru telah berhasil dicapai oleh para astronom, sebagai hasil riset dari National Science Foundation (NSF) dan tim astrofisika dari American Museum of Natural History.
Dengan menggunakan coronograph pada teleskop milik U.S Air Force di Maui, Hawaii, Ben R. Oppenheimer dkk. menyusun konstruksi foto materi yang tampaknya mengalami koalisi (penggabungan) dengan objek gas dan debu di sekeliling bintang AB Auriga. Objek tersebut diduga planet, atau mungkin saja katai cokelat, dengan massa di antara bintang dan planet. Katai cokelat tersebut ditemukan mengorbit AB Auriga pada tahun 1995. Hasil ini menunjukan adanya suatu langkah maju dari studi extrasolar planet lewat direct imaging, disertai oleh kemajuan penyusunan teori pembentukan planet dan katai cokelat.
Gambar yang dihasilkan di atas langsung mengarahkan kita kepada pertanyaan yang tak terpecahkan dari pembentukan planet, yakni bagaimana piringan yang tebal dari serpihan debu dan gas bisa berevolusi menjadi area debu yang tipis dan planet. Secara umum, bintang muda memang memiliki banyak materi yang terperangkap dalam gaya gravitasinya. Materi-materi tersebut akan mengatur dirinya sendiri menjadi piringan. Para astronom percaya, dari piringan inilah planet akan terbentuk.
Gambar yang diambil di atas menunjukkan adanya kekosongan berbentuk ladam (sepatu kuda) pada piringan dengan titik terang yang tampak seperti noktah pada area kosong tersebut. Pengurangan materi ini bisa jadi disebabkan oleh pembentukan planet, dan materi yang ada di situ terhisap ke dalam planet yang sedang terbentuk. Kemungkinan adanya penggabungan materi dan pembersihan materi di sekelilingnya menjadi sebuah dugaan yang kuat, untuk mengindikasikan pembentukan objek kecil, entah planet ataupun katai cokelat.
AB Auriga bukanlah bintang yang baru ditemukan. Bintang ini adalah bintang muda yang sudah dipelajari dengan baik oleh para astronom. Usianya sekitar 1 – 3 juta tahun dan menjadi sumber informasi bagaimana sebuah bintang dan objek yang mengelilinginya bisa terbentuk. Untuk memecahkan masalah evolusi piringan tebal yang kaya akan debu dan gas menjadi area yang tipis dengan planet, observasi juga dilakukan pada bintang yang sedikit lebih tua dari AB Auriga. Hasilnya, memang pada titik tertentu, gas akan menghilang. Namun, tak ada yang bisa memecahkan bagaimana peristiwa ini akan terjadi. AB Auriga sepertinya sedang berada pada fase intermediate. Pada tahap ini, gas akan dibersihkan dari pusat, dan hanya ada debu yang tersisa.
Pengamatan lanjutan akan sangat berguna untuk memecahkan masalah bagaimana planet terbentuk. Dan jika objek tersebut adalah katai cokelat, maka pengamatan ini akan mengubah pemahaman yang sudah ada saat ini. Ini disebabkan oleh pengetahuan bahwa katai cokelat tidak terbentuk dari materi yang melingkupi bintang.
Sumber : EurekaAlert

CERPEN : Artis Vs Wartawan

“Siap action!”. Itulah suara yang mengisyaratkan bahwa sahabatku Afiki telah memulai menjalani pekerjaannya sebagai seorang artis. Hampir setiap syuting aku Syamuel Rizal, S.E sebagai manajer sekaligus sebagai sahabatnya, selalu ada di lokasi kerjanya.
Sahabatku yang mempunyai nama lengkap Afiki Nitinegoro ini, telah mendapatkan berbagai macam penghargaan sejak ia mendapatkan peran utama dari suatu film garapan Sutradara Hanung Bramantiyo. Ia juga pernah meraih Piala Oscar 2008 kategori artis muda berbakat. Itulah yang membuatku sebagai manajernya merasa bangga. Dan sejak saat itu pula, ia mulai disibukkan dengan berbagai aktifitas. Ia juga harus menyelesaikan studi di Universitas Nusantara, Kediri.
Usia Afiki, kini telah menginjak 20 tahun. Dan di usianya yang bisa dibilang masih muda itu, ia telah mendapatkan dua kali penghargaan.
“Syam, cuaca syuting kali ini, nggak mendukung banget ya?”, gerutu Afiki.
“Iya Fik, mendung.”, jawabku singkat.
Memang suasana saat itu sedang turun hujan dengan lebat. Aktifitas syuting pun terganggu. Saat itu Afiki sedang menjalani perannya dalam film “Cinta Itu Gila” yang disutradarai oleh Andrea Hirata. Ia mendapat peran utama dengan Bunga Cikrak Lestari, seorang artis yang sedang naik daun pula.
“Syam, kita cari makan yuk!!! Aku laper banget nih !”, ajak Afiki kepadaku untuk mencari makan.
“Kau sudah minta izin ke Sutradaramu?”, tanyaku kepadanya.
“Sudah, tadi. Ayolah !”. Ajaknya lagi.
Tidak ada kata lain selain mengiyakan ajakannya, karena sebenarnya akupun juga merasa lapar. Kami pun bergegas pergi mencari tempat untuk makan siang, karena pada saat itu Afiki sedang istirahat. Setelah kami menemukan tempat untuk makan, kami segera memesan makanan, agar kami bisa bergegas kembali ke lokasi syuting.
Makanan di depan kami pun telah habis dan kami bergegas ke lokasi syuting, agar Afiki bisa bekerja kembali. Setelah sampai di lokasi, ternyata tak lama kemudian syuting pun dimulai. Afiki kembali melakoni perannya. Dan aku kembali menjalani aktifitasku yang lain. Karena aku tak hanya menjadi manajer bagi Afiki saja.
* * *
Aku merasakan, Afiki sangat menganggapaku ini sebagai sahabatnya. Ia seringkali menceritakan kehidupannya kepadaku. Mulai dari masalah manajemen sampai masalah pribadinya. Afiki pernah bercerita kepadaku tentang masalah dengan kekasihnya Cynthia Aenur Ramlan yang katanya kini mulai merenggang. Kesibukan masing – masinglah yang membuat komunikasi antara mereka menjadi semakin jarang, disamping jarak yang memisahkan mereka.
Aenur sedang menjalani study di luar negeri. Ia telah lama disana. Ia berpisah dengan Afiki setelah penghargaan kedua didapatkan. Aku dengar Aenur akan pulang ke Indonesia dalam mengisi liburannya.
Sama halnya dengan artis - artis terkenal lainnya, wartawan pun juga mengincar Afiki. Mereka juga mendengar dan mengetahui bahwa Afiki telah lama menjalin hubungan dengan Aenur. Para wartawan itu juga mencium kerenggangan hubungan antara Afiki dengan Aenur.

* * *
Hari ini, seperti biasanya Afiki menjalani pekerjaan yang telah membuat ia terkenal. Syuting kali ini selesai lebih cepat dari biasanya. Dan pada waktu itu, ketika Afiki hendak bersiap – siap pulang, wartawan infotainment dari berbagai penjuru datang mengepungnya. Berbagai masalah dan pertanyaan pun diajukan kepada Afiki.
“Fik, bisa wawancara sebentar ?”, sahut salah satu wartawan memulai perbincangan.
“Bisa”, jawab Afiki singkat.
“Sekarang kamu lagi syuting film apa nih ?”, cetus wartawan lain.
“Oh, aku lagi ngebintangin film Cinta Itu Gila garapan Mas Andrea Hirata”, jawab Afiki.
“Oh iya Fik, saat ini kan banyak artis yang memulai karir mereka dalam dunia tarik suara, kamu nggak ingin seperti mereka?”, serobot wartawan lain.
“Nggak dulu deh, aku masih ingin ngelakoni peranku dan fokus di dunia perfilman”, jawab Afiki meyakinkan.
“Fik, gimana kabar Aenur ? kok lama nggak kelihatan bareng ?”, tanya wartawan dengan santai.
“Dia baik saja, kan Aenur masih di luar negeri”, jawab Afiki agak ketus.
“Denger – denger, Aenur hamil ya ?”, salah satu wartawan menyerobot dengan pertanyaan itu. Belum sempat Afiki menjawab pertanyaan itu, wartawan lain menambahi dengan pertanyaan yang membuat amarah Afiki memuncak.
“Apa Aenur ke luar negeri untuk menutupi kehamilannya?”, itulah pertanyaan yang membuat jawaban Afiki menjadi sengit.
“Maksud pertanyaan kalian apa, siapa yang memberitakan berita seperti itu ? Berita itu tidak ada benarnya sama sekali”, darahtinggi Afiki mulai muncul.
“Tapi berbagai media mengatakan itu, Fik !”, bela wartawan itu.
“Kalian semua jangan mengada – ada”. Afiki pun tak dapat menahan emosinya.
“Ah fik, katakan aja pada kami kalau memang Aenur hamil”, desak wartawan lagi.
Kini emosi Afiki tidak dengan kata – kata lagi. Darah tingginya sudah mencapai puncak. Ia mulai mengamuki para wartawan itu. Perlakuannya pada wartawan sudah tidak patut lagi. “Braakk !!”, suara bantingan kamera itu menjadi detik – detik awal persengketaan antara Afiki dengan para wartawan. Afiki juga melontarkan kata – kata yang bisa dibilang tidak sopan kepada para wartawan. “ Brengsek kalian !!! Kalian memang pecundang, pembawa masalah. “, hantam Afiki dengan kata – kata itu dan langsung pergi meninggalkan mereka.
Para wartawan itu sangat tersinggung terhadap perkataan dan perlakuan Afiki itu. Hingga Rosanis Silalahi melaporkan Afiki kepada pihak kepolisian.
Masalah ini semakin meruncing. Aku sebagai manajernya mau tidak mau harus masuk dalam masalah ini. Ditambah aku ini juga sebagai sahabat dekat Afiki. Peranku bertambah sebagai pendukung dan memotivasi agar tetap tenang. Dan kini, Afiki harus absen syuting untuk mengurusi masalah yang semakin rumit ini. Hingga dari pihak kepolisian menyatakan bahwa Afiki harus menjalani sidang.

* * *
Berita masalah antara Afiki dengan Sanis itu tersebar luas dengan sangat cepat. Tak ada media yang melewatkan berita semacam itu. Dari Koran, radio, televisi sampai internet pun memuatnya. Dari kedua belah pihak, Afiki dan Sanis saling berusaha membela diri masing – masing ketika media datang untuk meminta keterangan kepada mereka.
“Afiki tidak sepenuhnya bersalah. Dia melakukan hal seperti itu, karena telah merasa dihina oleh para wartawan. Dia juga merasa bahwa privasinya telah dicampuri oleh wartawan terlalu jauh”, tutur Elsa Asma’ul Syarif, S.H selaku pengacara Afiki.
Berbeda lagi dengan penuturan Na’im Sitompul, S.H. “Sanis dan wartawan juga manusia. Mereka mencari berita sebagai pekerjaan mereka, untuk hidup mereka. Walaupun saudara Afiki tersinggung, seharusnya ia tidak melakukan hal seperti itu. Toh, tanpa wartawan pun, Afiki tidak akan menjadi terkenal seperti sekarang ini”. Berbagai argumen dan pembelaan telah dilontarkan oleh kedua belah pihak, dan masalah inipun semakin memanas. Hingga Aenur yang berada diluar negeri mendengar masalah ini. Akhirnya ia memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia.
Pengacara dari kedua belah pihak disibukkan dengan tugas mereka. Asma’ul, seseorang yang sangat dipercayai Afiki sebagai pengacaranya itu, sibuk kesana kemari untuk dapat memenangkan kasus ini. Memang selama ini Asma’ul selalu menang dalam setiap kasus. Ia juga diakui handal oleh kliennya dalam menangani berbagai kasus. Na’im pun tidak kalah dengan Asma’ul. Ia juga seorang pengacara handal, yang dipercayai oleh Sanis. Na’im juga mempersiapkan saksi – saksi yang diyakini dapat membantunya.
Hari tak terasa telah berganti. Besok Afiki, Asma’ul dan aku harus menghadiri sidang. Sidang itu diadakan di Gedung Matrix, Kediri Pusat.

* * *
Esoknya, kedua belah pihak sudah berada dalam ruang sidang. Setelah beberapa lama menunggu, Hakim pun memulai persidangan itu. Syaichul Budi Yudoyono, S.H pemimpin sidang kali ini telah mengeluarkan kata – katanya. Hakim Syaichul meminta agar masing- masing dari kami mengajukan saksi.
“Saya melihat sendiri saudara Afiki membanting kamera milik wartawan, dia juga mengatakan perkataan yang tidak baik kepada saudari Sanis”, tutur saksi dari pihak Sanis.
Sudah banyak saksi yang dikeluakan dari pihak Sanis, kini giliran saksi dari pihak kami. Sebenarnya, saksi yang paling bisa memberatkan pihak lawan adalah Aenur. Tapi dia kini tidak ada dalam ruang persidangan. Entah, dia akan datang atau tidak. Saksi dari pihak kami telah menuturkan apa yang seharusnya mereka tuturkan. Dan kini, saatnya kami menunggu keputusan hakim Syaichul memberikan keputusannya. Kami semua menunggu keputusan itu dengan suasana sinis, saling merasa menang satu sama lain.
“Saya memutuskan, agar kalian berdamai. Kalian sama – sama salah dan kesalahan kalian seimbang. Kalian semua juga saling melecehkan”. Hakim Syaichul memutuskan perkara ini.
“Tidak bisa! Pihak kami sudah menjelaskan bahwa saudara Afiki lebih melecehkan kami!”, berontak Na’im, pengacara dari Sanis.
Asma’ul, pengacara dari pihak kami, sebenarnya sudah menyetujui apa keputusan hakim. Tapi karena pihak lawan terus memberontak, kami pun tidak mau kalah.
Aku sudah lelah dengan percecokan ini. Untuk itu, aku meratakan pendanganku. Bola mataku berhenti, aku tertuju pada seseorang yang sangat aku kenal. “Aenur !”, ya, itu memang dia. “Kapan dia datang ?”. Aku bertanya – tanya dalam hati. Bergegas aku menghampirinya tanpa Afiki, karena Afiki telah tenggelam dalam percekcokan itu.
“Aenur ! Kapan kamu datang ?, “Aku nggak lihat kedatanganmu.”, sapaku padanya.
“Iya, aku sudah lumayan lama mengikuti persidangan ini”, jawabnya.
“Tapi aku benar – benar nggak liat kedatanganmu”, jawabku lagi.
“Memang, kalian semua kan sedang sibuk dengan masalah ini”, jawabnya singkat.
“Ya sudahlah, itu nggak penting.”sahutku.
Dia tidak berkata apa – apa lagi.Aku bingung harus berbuat apa. Karena aku tidak terlalu mengenalnya, hanya saja dulu Afiki pernah memperkenalkannya padaku. Dan itu pun hanya sekali. Aku teringat akan suasana sidang yang sudah dari tadi terasa panas. Dan aku juga teringat saksi yang bisa memberatkan pihak lawan.
“Apa kau tak ingin membantu Afiki ?”,tanyaku tiba – tiba pada Aenur.
“Memang aku bisa membantu apa ?”, jawab Aenur.
“Kau hanya perlu jadi saksi bagi Afiki”, jawabku singkat.
“Apa yang harus aku katakan ? Aku tidak tahu apa – apa ?”, jawabnya lagi.
“Kau pasti tau khan, apa yang dikatakan para wartawan itu pada Afiki tentangmu?”, tanyaku menggebu.
“Iya, aku tahu”, singkat dia menjawab.
“Kau hanya perlu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padamu”, aku berusaha meyakinkannya.
“Okelah kalau begitu”, jawabnya ragu.
Mendengar jawaban Aenur, aku sangat senang dan langsung memberitahu Asma’ul agar mengajukan saksi sekali lagi. Asma’ul pun langsung menyetujuiku. Afiki mengetahui bahwa Aenur ada dalam ruangan ini, dan ia tahu aku sudah berbicara pada Aenur. Ia hanya tersenyum padaku, tapi tak berdiri untuk menemui kekasihnya itu. Entah malu atau apalah aku tak tahu. Setelah Asma’ul menyetujuiku, dia langsung memohon kepada hakim Syaichul agar masalah ini cepat selesai. Hakim Syaichul mengizinkannya, Aenur langsung menyatakan kesaksiannya.
“Pernyataan para wartawan tentang kehamilan saya itu tidak benar. Itu semua tanpa alasan yang jelas. Memang selama ini saya tidak menampakkan diri di hadapan media. Itu bukan karena saya berbadan dua. Melainkan karena saya harus studi di luar negeri permintaan orang tua saya”. Kesaksian Aenur membuat hatiku sangat lega, tak beda dengan apa yang kulihat di wajah Afiki. Matanya berbinar – binar bahagia menatap Aenur. Lain lagi dengan hakim. Aku tak dapat membaca pikirannya. Entah dia akan memutuskan apa nanti. Tapi yang jelas, kami semua di sini berharap – harap cemas dengan keputusan itu.
Setelah sekian lama kami larut dalam keheningan. Satu suara yang sangat kami tunggu – tunggu itu, memecahkan dunia hening kami.
“Tok . . .tok . . .tok!!,”saya putuskan bahwa pada kasus kali ini saudara Afiki tidak bersalah”. Itulah deret rangkaian kata dengan alunan suara palu sang hakim yang melunturkan segala kecemasan dari pihak kami, pihak Afiki.
Pihak wartawan hanya bisa diam menerima kekalahan ini. Mereka tak dapat lagi membantah ketuk palu Hakim.
Sidang telah bubar, Afiki yang sedari tadi diam dan tersenyum, kini mulai mengeluarkan kata – katanya. Ia meminta kepada pengacaranya, Asma’ul, untuk mengajak pihak Sanis berdamai.
“Bu Asma’ul, saya usulkan bagaimana kalau kita mengajak berdamai pihak Sanis ?”, usul Afiki.
“Saya sangat setuju tentang ituAfiki”, jawab Asma’ul kelihatan yakin.
“Kalau begitu, mari kita temui mereka !”, ajak Afiki kepada pengacaranya.
“Baiklah, ayo”, jawab Asma’ul.
Kami pihak dari Afiki berbondong – bondong menemui pihak Sanis untuk mengajak berdamai. Tak ketinggalan, Aenur juga ikut dalam rombongan kami. Karena ialah bahan persengketaan antara kami. Berita tak benar itu pun juga dituduhkan kepadanya.
“Pengacara Na’im, dari pihak kami, ingin mengajukan perdamaian kepada kalian. Kami ingin masalah ini tidak menyisakan dendam”. Kalimat demi kalimat telah keluar dari pengacara Afiki. Sepertinya ajakan untuk berdamai itu diterima dengan baik oleh pihak Sanis. Walaupun itu semua setelah melakukan perundingan yang cukup rumit bagi mereka.
“Dari pihak kami, memang merasa bersalah dan kami menerima ajakan perdamaian kalian”. Kata bijak dari pengacara Sanis mengakhiri percekcokan kali ini. Masalah ini telah selesai. Tapi, apakah ada masalah lain???!
“Terima kasih ya Ae”, satu ucapan dari Afiki yang merupakan awal perbincangan mereka.
“Iya, sama – sama Fik”. Jawab Aenur.
“Kapan kamu pulang, kenapa nggak ngabarin aku dulu ?”, tanya Afiki.
“Aku baru kemarin pulang. Aku takut ngganggu kamu. Kamu kan lagi ada masalah”, jawab Aenur meyakinkan.
“O……..”, jawab Afiki sangat singkat.
Sejenak, mereka berdua terdiam membisu. Aku melihat pemandangan dingin itu.
“Fik, aku pulang dulu ya ?”, masih banyak pekerjaan lain”, kataku sembari menyalami Afiki dan bergegas pergi.
“Kau nggak bareng aku ?”, tanya Afiki mencegah.
“Nggak Fik”, jawabku tegas.
“Ya sudahlah”, kata Afiki dengan lesu.
“Kau bukannya harus mengantar Aenur pulang ?”, tanyaku memojokkannya.
“Oh, iya”, semakin lesu Afiki menjawab.
“Kenapa kau nggak pulang sekarang aja Fik, bareng Syam ?”, tanya Aenur tiba – tiba.
“Tidak Ae, Afiki biar sama kamu aja. Soalnya aku ada urusan.” Jawabku.
“Iya Ae, nggak apa – apa kok. Lagian kan kamu tadi kesini sama sopir dan sekarang sopir kamu sudah pulang”, malas Afiki menjawab.
“Ya udah aku pulang dulu”, sahutku.
“Iya”, jawab mereka bersamaan.
Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Dari kejauhan, mereka tampak terdiam. Tapi, aku bisa merasakan itu akan segera berakhir.
“Fik, aku minta maaf”, tiba – tiba Aenur memulai percakapan.
“Maaf untuk apa Ae ?”, tanya Afiki.
“Aku lama nggak ngabarin kamu”, jawab Aenur seraya tertunduk.
“O…….aku juga minta maaf tentang itu”, balas Afiki.
Kulihat dari kejauhan, perbincangan itu semakin hangat. Cerita lalu Afiki kini ditelan oleh kehangatan suasana itu. Aku kali ini benar – benar pergi meninggalkan mereka. Aku beri kebebasan pada mereka. Entah apapun yang terjadi, tapi aku yakin kerenggangan hubungan mereka telah sirna. Dan kata maaf menyirnakan segala luka.

-TAMAT-

Kamis, 18 Februari 2010

cInTa iTu.......

"Cinta kepada Allah dapat membersihkan hati dari kenistaan dan ketergantungan terhadap dunia.Cinta kepada Allah adalah factor yg terkuat pengaruhnya dalam hati manusia. Ia adalah api dan cahaya, Ia membersihkan hati, menerangi dan memberinya keteguhan"Ya Rabb karuniakan kami cinta kepadaMU, karuniakan kami cintanya orang-orang yang mencintaiMU, karuniakan kami cinta kepada amalan-amalan yang dapat mendekatkan kami kepadaMU. Aamiin"

Senin, 15 Februari 2010

UNTUK SAUDARIKU “AENUR”

Sekarang kau tLah bertambah dewasa,
Kurasa tulang – tulangmu tLah sanggup menopangmu,
Tuk melangkah dalam berbagai area kehidupan,
Dan sel – sel tubuhmu tLah berkembang penuh, sehingga tLah mantap membantumu meraih cita – cita perjuanganmu.

Pertanyaannya, kemana kau kan menuju ?

Semoga kau tLaH mampu menemukan tempat yang stabil tuk berpijak.
Semoga kau tLah menemukan jalan yang………..mungkin agak tidak mudah, tapi mampu tuk menambah makna pada hidupmu yang semakin indah.

Apapun itu yang mungkin merintangi jalanmu,
tapi tak sanggup tuk menghambat langkahmu.

Dan kuyakin, bukan hanya mereka…………….
pada saatnya, akan ada yang kan mulai menemanimu, yang telah ditentukan Allah untukmu….

Saudariku……untuk itu, kita harus bersiap diri,
jagalah selalu fisikmu, apa yang kau minum, apa yang kau makan, sehingga mereka yang lahir melalui-mu kan punya bekal yang baik untuk menjalani hidupnya.

Dan sediakan waktu untuk melatih kesabaran, dan tersenyum merenungi apa yang baru kau alami.
Setiap kali kau perlu, ada dua malaikat di pundakmu, satu untuk menyusun curriculum vitae – mu, dan satu lagi untuk mengingatkan bahwa ada konsekuensi untuk tiap keputusan, seringan apapun itu.

Pungutlah hikmah walaupun berserakan,
Tambahilah terus bekal untuk pengabdianmu pada umat……

Kau tahu, seperti yang Nabi sampaikan,
“yang terbaik di antara umat adalah yang paling banyak memberikan kontribusinya…….”
Dan untuk amanah itulah kita ada di dunia.

Selamat meraih hidup yang penuh arti Ukhti…..


Ingat Pesan Mama!!!!!!!!
1.Shalat ! shalat !
2.Baca Al Quran
3.Jujur dan selalu ingat pada Allah waktu dimana saja
4.Sopan ! Ramah pada warga atau masyarakat sekitar / dimana saja
5.Kreatif dalam kebenaran
6.Jaga kerapian dan kebersihan
7.Selalu bawa uang
8.Jangan lupa makan dan istirahat yang teratur
9.Jaga kesehatan
10.Berdoalah setiap akan melaksanakan sesuatu
11.Berwudhulah sebelum berangkat kemana – mana

SemOga sUkses dAn bErhAsiL……….
AMIN.